Tanpa kita sadari, sebagian besar orang yang menyalahgunakan obat terlarang, dalam hal ini narkoba, ternyata juga didiagnosis memiliki gangguan mental. Berdasarkan survey nasional yang dilakukan di negara barat, didapatkan bahwa sekitar setengah dari mereka yang mengalami penyakit mental selama hidup mereka, juga akan melakukan penyalahgunaan obat terlarang, begitupun sebaliknya.
Apa saja sih Bahaya penyalahgunaan narkoba? penyalahgunaan narkoba yaitu dapat mempengaruhi kondisi fisik, kehidupan mental emosional dan bahkan kehidupan sosial. Adapun perubahan kondisi tersebut biasanya disebabkan oleh karena penggunaan dosis zat terlarang yang berlebihan. Sebaliknya, apabila pemakaiannya terputus, akan terjadi suatu kondisi yang nantinya juga akan menyebabkan gangguan mental dan perilaku. Sebagai contoh, pemakaian ganja yang berat dan lama dapat menimbulkan sindrom amotivasional, selain itu putus obat amfetamin juga dapat menimbulkan depresi sampai dengan bunuh diri.
Kondisi gangguan mental (mental illness) menurut WHO diartikan sebagai suatu kondisi klinis berupa adanya gangguan kognitif, gangguan pengaturan emosi ataupun gangguan perilaku suatu individu. Pada tahun 2019, 1 dari setiap 8 orang, atau sekitar 970 juta orang di seluruh dunia mengidap gangguan mental, dimana gangguan kecemasan dan depresi menempati urutan teratas dari seluruh gangguan mental tersebut.
Berdasarkan penelitian, ternyata seseorang yang melakukan penyalahgunaan narkoba berhubungan erat dengan orang yang memiliki gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan umum, gangguan panik, dan gangguan stres pascatrauma. Penyalahgunaan obat terlarang ternyata juga didapatkan dalam jumlah yang relatif banyak pada gangguan mental lain seperti depresi dan gangguan bipolar, bahkan gangguan mental seperti attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), penyakit psikotik (gangguan jiwa), dan masih banyak lagi.
Yang sangat disayangkan adalah, bahwa gangguan mental yang dapat ditemukan pada usia dini, yaitu masa kanak-kanak ataupun remaja, ternyata juga sangat berpotensi menimbulkan perilaku penyalahgunaan obat terlarang dikemudian hari, bahkan resiko tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan gangguan mental yang baru muncul pada usia dewasa. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa gangguan bipolar pada usia remaja ternyata menyumbang risiko lebih besar untuk individu tersebut melakukan penyalahgunaan napza dibandingkan dengan gangguan bipolar yang baru muncul pada usia dewasa.
Tingginya hubungan angka kejadian antara gangguan penyalahgunaan napza dan gangguan mental tidak membuktikan bahwa hal yang satu menyebabkan yang lainnya, bahkan jika gangguan mental ataupun penyalahgunaan tersebut muncul terlebih dahulu. Menentukan asal mula yang mana menjadi penyebab yang lain cukup sulit dikarenakan beberapa alasan, misalnya, masalah perilaku atau emosional mungkin tidak terlalu parah untuk didiagnosis sebagai gangguan mental, namun tidak menutup kemungkinan bahwa masalah kesehatan mental yang ringan tersebut masih dapat mendorong seseorang untuk menggunakan narkoba.
Berikut ini merupakan beberapa faktor risiko yang dapat berkontribusi pada penyakit mental dan penggunaan zat serta kecanduan, yaitu : faktor genetik (keturunan), faktor lingkungan, stress, trauma atau ataupun pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan. Dimana keseluruhan faktor ini saling memperkuat satu sama lainnya. Tentunya, hal ini dapat diwujudkan salah satunya adalah dengan menciptakan lingkungan yang sehat, baik dari segi fisik maupun mental serta jauh dari pengaruh narkoba.